Wednesday, August 18, 2010

PENILAIAN BIAYA EKSTERNALITAS BAU SAMPAH TPA BANTAR GEBANG

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui seberapa besar biaya ekternalitas bau sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang

Gangguan lingkungan akibat bau sampah diteliti dengan penyebaran kuesioner secara sampling terhadap (tiga) kelompok yaitu: Masyarakat, Pemulung, dan Lapak. Teknik pengambilan sampel adalah berdasarkan probability sampling. Teknik probability sampling ini juga digunakan dalam penentuan lokasi sampel. Sedangkan untuk perhitungan biaya eksternalitas berupa besaran kompensasi akibat bau sampah TPA Bantar Gebang adalah menggunakan pendekatan “benefit transfer” sebagai salah satu metoda dalam valuasi ekonomi dampak lingkungan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan lingkungan berupa bau menyengat yang hampir setiap hari tercium sampai dengan radius 1000 meter, tergantung kondisi cuaca dan arah angin bertiup serta jangka waktu penimbunan tanah untuk penutup sampah pada lahan sanitary landfill TPA Bantar Gebang. Pada jarak 1000 meter sampai dengan 2500 meter masih tercium bau menyengat tetapi tidak setiap hari, terutama pada saat setelah hujan turun di mana gas metana bereaksi dan keluar dari timbunan sampah terbawa angin. Sedangkan pada jarak 2500 meter sampai dengan 5000 meter dari TPA Bantar Gebang, kadang-kadang masih tercium bau sampah namun tidak begitu menyengat. Nilai Sekarang (NPV) dari Eksternalitas berupa Biaya kompensasi terjadinya gangguan lingkungan sebagai dampak Bau Sampah TPA Bantar Gebang selama kurun waktu 1990 s.d 2009 adalah sebesar Rp 940.206.939.783.

Kata Kunci : Bau Sampah.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Externalitas merupakan pengaruh yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas merupakan pengaruh positif dan atau negatif yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak pertama, dan pihak pertama gagal sepenuhnya memperhitungkan dampak kegiatan tersebut (EC, 2000). Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau bersifat merugikan (negative extenalities). Eksternalitas yang bersifat menguntungkan dengan keberadaan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Bantar Gebang adalah memberikan peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan sampah dan pemanfaatan sampah organik. Eksternalitas yang merugikan dengan keberadaan TPA Bantar Gebang adalah penurunan kualitas air, kualitas udara (misal kebisingan, bau, kabut debu), dan penurunan tingkat kesehatan.

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui seberapa besar nilai ekternalitas bau sampah dari TPA Bantar Gebang. Eksternalitas yang diteliti di sini adalah berupa kerugian yang ditanggung masyarakat sekitar TPA dari bau yang ditimbulkan operasi TPA Sampah Bantar Gebang. Masyarakat yang menghadapi dampak bau layak mendapat kompensasi dari Pihak Pencemar (Polluter) sesuai azas “polluters pays principle”.

1.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penilaian biaya yang timbul karena dampak pencemaran bau sampah dengan beberapa pendekatan ekonomi, sosial dan lingkungan. Sampah yang dimaksud adalah sampah yang berasal dari Kota Jakarta, baik sampah yang dapat didaur ulang (recycable) maupun sampah yang dapat dijadikan kompos (compostable). Objek penelitian adalah lingkungan sekitar TPA Sampah Bantar Gebang, masyarakat, pemulung, dan lapak.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui Sejauh mana dampak bau sampah dari TPA Sampah Bantar Gebang.

2. Mengetahui nilai biaya eksternalitas bau sampah dari TPA Bantar Gebang.

1.4. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Sejauh mana dampak bau sampah dari pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang?

2. Berapa nilai Eksternalitas bau sampah dari Pengelolaan TPA Bantar Gebang?

II. METODOLOGI

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bantar Gebang sebagai lokasi TPA Sampah Jakarta. Penelitian dilakukan selama 10 bulan, dimulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Januari 2010.

2.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan kombinasi 2 (dua) metode, yaitu Studi lapangan (survey) dan Studi pustaka. Studi lapangan (survey) dilakukan untuk memperoleh data primer.

Survey menggunakan teknik wawancara langsung dan Observasi (Pengamatan). Untuk wawancara digunakan instrumen berupa kuesioner semi terstruktur dan untuk keperluan observasi digunakan lembar pencataan hasil pengamatan. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder, antara lain: jumlah sampah kumulatif, luas lahan TPA yang terpakai, lama waktu atau umur TPA, dan dokumen hasil penelitian dari berbagai instansi yang berhubungan dengan penelitian.

2.3. Desain Sampel

Sampel Responden diambil dari 3 (tiga) kelompok responden yaitu: Masyarakat, Pemulung, dan Lapak. Sampel diasumsikan diambil dari populasi yang relatif homogen (berdistribusi normal).

Masyarakat adalah orang yang bertempat tinggal di sekitar kawasan TPA Bantar Gebang. Jumlah sampel masyarakat yang diambil sebesar 80 responden di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang serta Dusun Taman Rahayu, Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengumpul barang yang masih dapat dijual dari tumpukan sampah. Jumlah sampel pemulung yang diambil sebanyak 60 responden. Lapak adalah orang yang berperan sebagai perantara yang membeli barang bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar untuk di jual kembali kepada pabrik daur ulang. Jumlah sampel lapak yang diambil sebanyak 20 responden.

Teknik pengambilan sampel adalah berdasarkan non probability sampling. di mana tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Teknik non probability sampling ini juga digunakan dalam penentuan lokasi sampel. Penentuan responden masyarakat dan pemulung dilakukan secara menyebar ke 4 kelurahan/desa secara proposional.

2.4. Metode Analisis

Metode yang digunakan pada awalnya adalah metoda Contingent Valuation. Namun setelah dilakukan survey pendahuluan pada masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang, diperoleh hasil yang cukup mengecewakan karena sebagian besar responden tidak dapat memberikan pendapat. Sebagian menjawab terserah pada pemerintah saja dan sebagian lagi menjawab tidak tahu. Jawaban responden masyarakat wajar mengingat tingkat pendidikan responden rendah sebagian besar lulusan Sekolah Dasar. Oleh karena itu, metoda analisis diganti dengan pendekatan metoda “benefit transfer” sebagai salah satu metoda dalam valuasi ekonomi dampak lingkungan untuk mengetahui kewajaran besaran kompensasi akibat bau sampah dari TPA Bantar Gebang.

Analisis untuk mengetahui sejauh mana gangguan lingkungan akibat bau sampah dilakukan dengan mentabulasi jawaban responden, uji chi square utuk mengetahui adanya ketidakterkaitan/keterkaitan suatu variabel, mengkonversi ke dalam persentase, dan menampilkan dalam diagram pie.

Nilai eksternalitas sebagai kerugian dari dampak bau sampah dari TPA dihitung sebagai berikut :

Tahun ke n

= jumlah penduduk X nilai relevan

Tahun 1

Nilai ini memperhitungkan nilai waktu uang dan dinyatakan dalam Nilai bersih sekarang (NPV).

III. ANALISIS

3.1. Pendapat Responden Terkait Gangguan Bau Sampah

Dalam mengindentifikasi pendapat para responden digunakan tabulasi dengan chi square test untuk mengetahui adanya ketidakterkaitan/keterkaitan suatu variabel. Untuk memeriksa ketidakterkaitan/keterkaitan dengan membandingkan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan. Jika hipotesis nol lebih kecil dari 0,05 berari tolak Ho dan terima H1. Tolak Ho dan terima H1 artinya adanya keterkaitan suatu variabel.

A. Responden Masyarakat

Jumlah responden masyarakat sebanyak 80 orang dengan tingkat usia terbanyak pada usia antara 21 s/d 30 tahun sebesar 40 %, kemudian 23,75% pada usia 31 s.d 40 tahun, dan 16,25% pada usia 41 s/d 50 tahun. Responden masyarakat berlatar belakang pendidikan tidak tamat SD 16.25%, tamat SD 52.50%, tamat SLTP 18.75%, dan tamat SLTA 12.50%. Kebanyakan responden masyarakat telah lama tinggal di sekitar TPA, dimana 83,75% telah tinggal selama lebih dari 11 tahun. Hanya 8,75% yang tinggal kurang dari 3 tahun.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebanyak 82,50% merasakan adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Bantar Gebang, terutama bau yang menyengat dirasakan oleh 91,25% responden. Sisanya merasakan gangguan lingkungan yang kumuh dan sumur yang tercemar, serta gangguan keamanan.

Gambar 1. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan

Gambar 2. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan

B. Responden Pemulung

Jumlah responden pemulung sebanyak 60 orang dengan latar pendidikan tidak tamat SD mencapai 52,38% dan 40% hanya tamat SD. Dari segi usia 36,51% dalam usia 21 s/d 30 tahun dan 23,81% dalam usia 31 s/d 40 tahun. Kebanyakan pemulung merupakan pendatang yang berasal dari daerah lain, 44,44% baru menetap 1 s/d 3 tahun di kawasan Bantar Gebang dan 30,16% sudah menetap selama 4 s/d 7 tahun. Sedangkan yang menetap lebih dari 8 tahun sekitar 25,40%.

Gambar 3. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan

Hanya 17,46% responden yang menyatakan tidak ada gangguan lingkungan akibat TPA, selebihnya merasa terganggu. 58,75% responden merasakan bau yang menyengat, 26,25% merasa lingkungan kumuh/kotor, 11,11% sumur tercemar dan 3,76% rawan keamanan.

Gambar 4. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan

C. Responden Pemilik Lapak

Jumlah responden pemilik lapak sebanyak 20 orang di mana yang berusia lebih dari 50 tahun mencapai 20%, antara 41 s/d 50 tahun mencapai 30% responden, 30% responden berumur 31 s/d 40 tahun, dan 20% responden berumur 21 s/d 30 tahun. Tingkat pendidikan responden terdiri dari 10% tamat SLTA, 15% tamat SLTP, 40% tamat SD, dan 15% tidak tamat SD. Responden pemilik lapak yang sudah lama menetap atau berusaha di sekitar TPA lebih dari 11 tahun mencapai 55%, sedangkan yang kurang dari 11 tahun mencapai 45%.

Dari hasil wawancara dengan responden pemilik lapak, sebanyak 42,11% merasakan adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Bantar Gebang, terutama adanya bau yang menyengat dirasakan oleh 64,29% responden.

Gambar 5. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai gangguan lingkungan

Gambar 6. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai gangguan lingkungan

3.2. Nilai Ekternalitas Dampak Bau Sampah

Willis dan Garrod (1997) dalam rangka untuk memperhitungkan WTP yang berkaitan dengan pengurangan kebisingan, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari landfill melakukan penelitian masyarakat di sekitar Crawcrook Quarry dan Landfill. Dari penelitian tersebut dapat dihasilkan : a) akibat debu dan sampah yang tertiup angin maka masyarakat mendapat kompensasi sebesar £0.12 s/d £ 0.19 perhari, dan b) akibat bau yang sampai tercium ke perumahan maka masyarakat mendapat kompensasi sebesar £ 0.12 s/d £ 0.19 per hari. Apabila dikonversikan ke Indonesia menggunakan pendekatan keseimbangan kemampuan berbelanja adalah:

Dengan menggunakan data PPP GNI Inggris tahun 1977 sebesar 21,822.00, PPP GNI Indonesia tahun 1977 sebesar 2,746.00, dan CPI Indonesia tahun 1977 sebesar 8,51% dan CPI Indonesia tahun 2008 sebesar 113,86%. Untuk Nilai WTP sebesar £ 0,12 menjadi WTP Indonesia = £ 0,12 x 21822/2746 = £ 0,0156 dengan menggunakan kurs 1 GBP = Rp 4846.78 maka nilai WTP menjadi sebesar Rp 75,46 pada tahun 1975. Nilai WTP untuk tahun 2008 = 75,46 x 113,86/8,51 = Rp 1009,62 perorang perhari atau Rp 30.289 perbulan. Jika dalam 1 rumah tangga rata-rata terdiri 3,99 orang (BPS Kota Bekasi Tahun 2007) maka nilai kompensasi sebesar Rp 120.851 per KK per bulan atau Rp 916.713 per tahun.

Berdasarkan hasil survey, bau dirasakan hingga radius 5000 meter dari TPA Bantar Gebang. Ketajaman bau dan kontinuitasnya tergantung kondisi cuaca dan arah angin bertiup serta jangka waktu penimbunan tanah untuk penutup sampah pada lahan sanitary landfill TPA Bantar Gebang.

Pada radius 0 meter sampai 1000 meter dari TPA Bantar Gebang, bau menyengat hampir setiap hari tercium. Untuk perhitungan kompensasi bau menyengat digunakan 365 hari bau dalam satu tahun. Besarnya pengeluaran untuk kompensasi akibat dampak bau menyengat pada kawasan dengan radius 1 km dari TPA Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat pada kawasan radius 1000 m dari TPA Bantar Gebang

Tahun

Jumlah penduduk (Jiwa)

Kompensasi dampak bau menyengat per-tahun selama 365 hari (Rp)

NPV kompensasi dampak bau menyengat selama 365 hari tahun 2009 (Rp)

per-orang

Total

1990

22.384

62.000

1.387.784.283

10.953.613.360

1991

24.555

67.500

1.657.443.344

11.943.759.418

1992

26.726

72.500

1.937.621.584

12.749.051.733

1993

28.897

79.500

2.297.304.639

14.404.110.668

1994

31.068

86.000

2.671.849.070

15.261.461.215

1995

33.239

94.500

3.141.096.007

16.424.180.715

1996

35.410

102.000

3.611.841.412

17.383.668.058

1997

37.581

108.500

4.077.571.990

18.432.622.576

1998

39.752

171.000

6.797.661.667

27.668.611.746

1999

41.924

206.000

8.636.242.268

19.789.568.519

2000

44.095

213.500

9.414.198.146

21.147.162.166

2001

46.266

238.500

11.034.370.319

22.656.822.055

2002

48.437

266.000

12.884.189.435

23.505.150.757

2003

50.608

283.500

14.347.339.970

23.723.770.309

2004

52.779

301.500

15.912.868.462

25.045.136.190

2005

49.465

333.000

16.471.695.764

24.342.413.149

2006

46.150

376.500

17.375.514.085

21.926.484.124

2007

45.515

401.000

18.251.439.636

21.605.845.079

2008

47.686

442.000

21.077.172.575

23.408.307.861

2009

49.514

487.000

24.113.397.319

24.113.397.319

Jumlah

396.485.137.018

Pada jarak 1000 meter sampai dengan 2500 meter masih tercium bau menyengat tetapi tidak setiap hari, terutama pada saat setelah hujan turun dimana gas metana bereaksi dan keluar dari timbunan sampah terbawa angin. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika, hujan turun selama 100 hari dalam satu tahun. Untuk perhitungan kompensasi bau diperhitungkan dalam satu tahun terjadi 100 hari bau. Besarnya pengeluaran untuk kompensasi akibat dampak bau pada kawasan dengan jarak 1000 meter sampai dengan 2500 meter dari TPA Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat pada kawasan dengan jarak 1000 m sampai dengan 2500 m dari TPA Bantar Gebang

Tahun

Jumlah penduduk (Jiwa)

Kompensasi dampak bau menyengat per-tahun selama 100 hari (Rp)

NPV kompensasi dampak bau menyengat selama 100 hari Tahun 2009 (Rp)

per-orang

Total

1990

44.574

17.500

780.048.484

6.156.828.261

1991

48.898

19.000

929.055.788

6.694.900.827

1992

53.221

20.000

1.064.422.940

7.003.629.214

1993

57.545

22.000

1.265.981.662

7.937.710.851

1994

61.868

24.000

1.484.834.279

8.481.295.227

1995

66.192

26.000

1.720.980.792

8.998.674.184

1996

70.515

28.500

2.009.678.723

9.672.514.332

1997

74.839

30.000

2.245.155.507

10.149.202.559

1998

79.162

47.500

3.760.194.566

15.305.169.429

1999

83.485

57.000

4.758.671.496

10.904.285.997

2000

87.809

59.000

5.180.727.390

11.637.494.831

2001

92.132

66.000

6.080.739.244

12.485.554.050

2002

96.456

73.500

7.089.507.677

12.933.677.170

2003

100.779

78.500

7.911.179.818

13.081.380.470

2004

105.103

83.000

8.723.535.282

13.729.902.293

2005

98.503

91.500

9.012.980.799

13.319.679.130

2006

91.902

103.500

9.511.878.741

12.003.216.549

2007

90.637

110.000

9.970.081.583

11.802.468.321

2008

94.961

121.500

11.537.710.382

12.813.781.150

2009

98.601

133.500

13.163.275.767

13.163.275.767

Jumlah

218.274.640.611

Sedangkan pada jarak 2500 meter sampai dengan 5000 meter dari TPA Bantar Gebang, kadang-kadang masih tercium bau sampah namun tidak begitu menyengat. Untuk perhitungan kompensasi bau sampah TPA Bantar Gebang diperkirakan dalam satu tahun terjadi 100 hari bau dengan kompensasi 50% perorang. Hasil perhitungan kompensasi bau sampah ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat pada kawasan dengan jarak 2500 m sampai dengan 5000 m dari TPA Bantar Gebang

Tahun

Jumlah penduduk (Jiwa)

50% kompensasi dampak bau menyengat per-tahun selama 100 hari (Rp)

NPV kompensasi dampak bau menyengat selama 100 hari Tahun 2009 (Rp)

per-orang

Total

1990

131.406

9.000

1.182.657.001

9.334.568.555

1991

144.152

10.000

1.441.520.894

10.387.793.233

1992

156.898

10.000

1.568.978.453

10.323.474.736

1993

169.644

11.000

1.866.079.614

11.700.327.778

1994

182.389

12.500

2.279.866.965

13.022.480.073

1995

195.135

13.500

2.634.324.028

13.774.368.503

1996

207.881

14.500

3.014.272.602

14.507.590.000

1997

220.627

15.000

3.309.399.376

14.960.106.111

1998

233.372

24.000

5.600.937.145

22.797.568.171

1999

246.118

28.500

7.014.366.904

16.073.112.606

2000

258.864

30.000

7.765.916.788

17.444.619.195

2001

271.610

33.500

9.098.923.237

18.682.777.424

2002

284.355

37.000

10.521.149.978

19.194.161.777

2003

297.101

39.500

11.735.495.850

19.405.005.290

2004

309.847

42.000

13.013.570.502

20.481.954.359

2005

290.389

46.000

13.357.892.153

19.740.731.875

2006

270.931

52.000

14.088.412.155

17.778.429.113

2007

267.201

55.000

14.696.078.589

17.397.049.416

2008

279.947

61.000

17.076.778.275

18.965.469.952

2009

290.680

67.000

19.475.573.985

19.475.573.985

Jumlah

325.447.162.154

Dengan demikian jumlah pengeluaran (NPV tahun 2009) untuk kompensasi atas dampak bau yang menyengat tahun 1990 sampai dengan tahun 2009 mencapai sebesar Rp 940.206.939.783 (lihat tabel 4).

Tabel 4. Jumlah pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat dari TPA Bantar Gebang

Tahun

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kompensasi dampak bau menyengat per-tahun (Rp)

NPV tahun 2009 kompensasi dampak bau menyengat (Rp)

1990

198.364

3.350.489.767

26.445.010.176

1991

217.604

4.028.020.025

29.026.453.478

1992

236.845

4.571.022.977

30.076.155.682

1993

256.085

5.429.365.914

34.042.149.297

1994

275.325

6.436.550.314

36.765.236.515

1995

294.566

7.496.400.827

39.197.223.402

1996

313.806

8.635.792.738

41.563.772.390

1997

333.046

9.632.126.873

43.541.931.245

1998

352.287

16.158.793.378

65.771.349.345

1999

371.527

20.409.280.668

46.766.967.122

2000

390.767

22.360.842.324

50.229.276.192

2001

410.008

26.214.032.800

53.825.153.530

2002

429.248

30.494.847.090

55.632.989.705

2003

448.488

33.994.015.639

56.210.156.069

2004

467.729

37.649.974.246

59.256.992.842

2005

438.356

38.842.568.716

57.402.824.154

2006

408.983

40.975.804.982

51.708.129.786

2007

403.353

42.917.599.807

50.805.362.816

2008

422.594

49.691.661.232

55.187.558.964

2009

438.796

56.752.247.071

56.752.247.071

Jumlah

940.206.939.783

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil survey, dampak penting yang perlu diperhatikan adalah terjadinya gangguan lingkungan berupa bau yang menyengat sampai dengan radius 1000 m, bau menyengat ini hampir setiap hari tercium tergantung kondisi cuaca dan arah angin bertiup serta jangka waktu penimbunan tanah untuk penutup sampah pada lahan sanitary landfill TPA Bantar Gebang. Pada jarak 1000 m sampai dengan 2500 m masih tercium bau menyengat tetapi tidak setiap hari, terutama pada saat setelah hujan turun dimana gas metana bereaksi dan keluar dari timbunan sampah terbawa angin. Sedangkan pada jarak 2500 m sampai dengan 5000 m dari TPA Bantar Gebang, kadang-kadang masih tercium bau sampah namun tidak begitu menyengat.

Nilai Sekarang (NPV) dari Biaya Eksternalitas berupa nilai kompensasi Dampak Bau Sampah TPA Bantar Gebang selama kurun waktu 1990 s.d 2009 adalah sebesar Rp 940.206.939.783.

4.2. Saran

Pengendalian bau TPA Bantar Gebang perlu memperhatikan kesesuaian dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. Tebal tanah penutup landfill harus sesuai ketebalannya dan lapisan landfill jangan terlalu lama didiamkan terbuka.

Pengelolaan sampah di masa yang akan datang agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

· Penyusunan Peraturan daerah (Perda) tentang pemilahan sampah, penetapan kawasan bebas sampah dan penetapan peringkat kebersihan bagi kawasan-kawasan umum.

· Memberikan tekanan kepada para produsen barang untuk memaksimalkan produksi yang ramah lingkungan dan bersedia menarik (membeli) kembali kemasan produk yang dijualnya.

· Peningkatan peran masyarakat dengan memfasilitasi dan pendampingan/advokasi kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan pengelolaan sampah melalui pengelolaan sampah skala kecil, mulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan, termasuk dalam hal penggunaan teknologi daur ulang, komposting, dan penggunaan incenerator.

· Mendorong transformasi pola konsumsi masyarakat untuk lebih menyukai produk-produk hasil daur ulang dan yang ramah lingkungan.

· Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di pusat maupun daerah, LSM, Perguruan Tinggi untuk pengembangan sistem pengelolaan sampah perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahadis, Mohammad Hatta. 2005. Pengaruh Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Lingkungan Perairan di Sekitarnya : Studi Kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anwar, Achmad Sjamsu. 2007. Model Sentra Energi Berbasis Biomassa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Askari, dan Wijayanti. 2004. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan untuk Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Bapedal, Jakarta.

Barton, Allan MF. 1994. Resource Recovery and Recycling. John Wiley and Sons. New York, Toronto, Brisbane, Chichester.

Bramono, SE. 2004. Sampah Sebagai Sumber Energi: Tantangan Bagi Dunia Persampahan Indonesia, Pokja AMPL. Percik. 5. 16 – 17.

Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.

Defra, Department for Environment, Food and Rural Affairs. 2004. Valuation Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of Waste Management Options, Defra, London.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2005. Laporan Akhir WJEMP IBRD Loan 4612- IND/IDA Credit 3519-IND Solid Waste Management for Jakarta: Master Plan Review and Program Development (TA Package No. DKI 3-11. Jakarta.

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi. 2008. Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA. Jakarta

Dixon, J.A. and Hufschmidth. 1986. Economic Analysis of The Enviromental Impacts of Development Project. Earthsean Publication Limited, 3 Ed. Sleight Street. London.

Djajadiningrat, ST. 2001. Untuk Generasi Masa Depan : Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studi Tekno Ekonomi. Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Eugene, A.S. Corcoran, E. 1987. Contamination by Landfill Leachate South Biscayne Bay Florida. University of Miami. Miami

European Commission, DG Environment. 2005. Economic Analysis of Options for Managing Biodegradable Municipal Waste. United Kingdom.

European Commission, DG Environment. 2000. A Study on the Economic Valuation of Environmental Externalities from Landfill Disposal and Incineration of Waste. United Kingdom.

Fauzi, A. 1999. Teknik Valuasi Ekosistem Mangrove. Bahan Pelatihan Management for Mangrove Forest (Rehabilitation). Bogor.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gani, Abdul. 2007. Konversi Sampah Organik Menjadi Komarasca (Kompos-Arang-Aktif-Asap Cair) dan Aplikasinya pada Tanaman Daun Dewa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gittinger, JP. 1982. Economic Analysis of Agricultural Project. (Edi Series in Economic Development). UI Press – John Hopkins. Jakarta.

Grigalunas, T.A and Conges, R. 1995. Environmental Economics for Integrated Coastal Area Management: Valuation Methods and Policy Instrument. UNEP Regional Seas Report and Studies. No. 164.

Hadi, Sudharto P. 2005. Aspek Sosial AMDAL : Sejarah, Teori dan Metode, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Haeruman, H. 1979. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup dalam Kerangka Strategi Pengembangan Wilayah. Bahan Kuliah FPS-IPB, Bogor.

Herawati. Et. Al. 2007. Mengatasi Sampah dengan Daur Ulang. Jurnal Khazanah Vol. 3 No. 1 71-72

Indrajaya, Denny D. 2008. Simulasi Perhitungan Replacement Cost dalam Mengkaji Kebijakan Konversi Hutan Mangrove. Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol. 12/No. 2/2008. Jakarta.

Irawan. 2007. Valuasi Ekonomi Lahan Pertanian: Pendekatan Nilai Manfaat Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan Kering. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irham. 2001. Analisis Biaya Manfaat Dalam Proyek Pembangunan Berdampak Lingkungan. in Sulistiyo.L, Whiting.P, Environmental Economics For Practitioners. Canora (Asia) Incorporated. Montreal.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Kontribusi Sampah Terhadap Pemanasan Global. Jakarta

Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1995. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1991. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

Kholil. 2005. Rekayasa Model Sistem Dinamik Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Nirlimbah (Zero Waste) Studi Kasus Jakarta Selatan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. World Bank Environment Paper Number 3. The World Bank Washington, D.C.

Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

OECD, 1992, Enviromental Data Compendium 1992, Paris, OECD.

Pandey, G.N. 1997. A Text Book on Energy System Engineering, Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi.

Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan air untuk Perikanan dan Pertanian.

Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Royadi. 2006. Analisis Pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis Masyarakat (Studi Kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saeni, M.S. 1989. Bahan Pengajaran Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Sanim B, Supriyanto,H. 2006. Eksternalitas. Bahan kuliah Program Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sanim B. 2006. Ekonomi Lingkungan . Bahan Kuliah Ekonomi Lingkungan. Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan. IPB. Bogor.

Saraswati, Endang. 2007. Model Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota Bandung). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saribanon, Nonon. 2007. Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat (Kasus di Kotamadya Jakarta Timur). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Jogjakarta.

Supardi,I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit Alumni. Bandung.

Suparmoko, M. Suparmoko, Maria R. 2000. Ekonomika Lingkungan (Edisi Pertama). BPPE. Yogyakarta.

Suratmo, G.F. 2002. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta’

Tchobanouglos. George, Theisen. Hilary, and Eliassen. Rolf. 1977 Solid Waste: Engineering Principles and Management Issues, Mc. Graw Hill, New York, 1977.

Turner,R.K.2000. Waste Management, in Former.H, Gabel.L (ed), Principle Environmental and Resources Economic, Edward Elgar Publishing Limited. Cheltenham.

Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentamg Pengelolaan Sampah.

Utama, Agung Yubi. 2000. Implikasi Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap Pengembangan Ekonomi Lingkungan (Studi Kasus TPA Piyungan Bantul). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Vasu, K. et. al. 1998. Nitrat Pollution of Groundwater round a Sewage Stabilitation Pond, Kerala India, IAEA-TECDOC-1045, 57-65.

Wardhana, W.,A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi. Yogyakarta.

4 comments:

  1. tabelnya koq kepotong?diedit lagi dong...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tree_us!!!!,kalo dapat yang cukup,jangan tanya lagi!!!!!!!!

      Delete
  2. tolong taruh keterangan TPA Bantar Gebang dong...

    ReplyDelete
  3. Koq yg ngontrak gak dapat dana kompensasi nya ya...???

    ReplyDelete