ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui seberapa besar biaya ekternalitas bau sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang
Gangguan lingkungan akibat bau sampah diteliti dengan penyebaran kuesioner secara sampling terhadap (tiga) kelompok yaitu: Masyarakat, Pemulung, dan Lapak. Teknik pengambilan sampel adalah berdasarkan probability sampling. Teknik probability sampling ini juga digunakan dalam penentuan lokasi sampel. Sedangkan untuk perhitungan biaya eksternalitas berupa besaran kompensasi akibat bau sampah TPA Bantar Gebang adalah menggunakan pendekatan “benefit transfer” sebagai salah satu metoda dalam valuasi ekonomi dampak lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan lingkungan berupa bau menyengat yang hampir setiap hari tercium sampai dengan radius
Kata Kunci : Bau Sampah.
Externalitas merupakan pengaruh yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas merupakan pengaruh positif dan atau negatif yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak pertama, dan pihak pertama gagal sepenuhnya memperhitungkan dampak kegiatan tersebut (EC, 2000). Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau bersifat merugikan (negative extenalities). Eksternalitas yang bersifat menguntungkan dengan keberadaan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Bantar Gebang adalah memberikan peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan sampah dan pemanfaatan sampah organik. Eksternalitas yang merugikan dengan keberadaan TPA Bantar Gebang adalah penurunan kualitas air, kualitas udara (misal kebisingan, bau, kabut debu), dan penurunan tingkat kesehatan.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui seberapa besar nilai ekternalitas bau sampah dari TPA Bantar Gebang. Eksternalitas yang diteliti di sini adalah berupa kerugian yang ditanggung masyarakat sekitar TPA dari bau yang ditimbulkan operasi TPA Sampah Bantar Gebang. Masyarakat yang menghadapi dampak bau layak mendapat kompensasi dari Pihak Pencemar (Polluter) sesuai azas “polluters pays principle”.
Penelitian ini difokuskan pada penilaian biaya yang timbul karena dampak pencemaran bau sampah dengan beberapa pendekatan ekonomi, sosial dan lingkungan. Sampah yang dimaksud adalah sampah yang berasal dari Kota Jakarta, baik sampah yang dapat didaur ulang (recycable) maupun sampah yang dapat dijadikan kompos (compostable). Objek penelitian adalah lingkungan sekitar TPA Sampah Bantar Gebang, masyarakat, pemulung, dan lapak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui Sejauh mana dampak bau sampah dari TPA Sampah Bantar Gebang.
2. Mengetahui nilai biaya eksternalitas bau sampah dari TPA Bantar Gebang.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Sejauh mana dampak bau sampah dari pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang?
2. Berapa nilai Eksternalitas bau sampah dari Pengelolaan TPA Bantar Gebang?
II. METODOLOGI
2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bantar Gebang sebagai lokasi TPA Sampah Jakarta. Penelitian dilakukan selama 10 bulan, dimulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Januari 2010.
Pengumpulan data menggunakan kombinasi 2 (dua) metode, yaitu Studi lapangan (survey) dan Studi pustaka. Studi lapangan (survey) dilakukan untuk memperoleh data primer.
Survey menggunakan teknik wawancara langsung dan Observasi (Pengamatan). Untuk wawancara digunakan instrumen berupa kuesioner semi terstruktur dan untuk keperluan observasi digunakan lembar pencataan hasil pengamatan. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder, antara lain: jumlah sampah kumulatif, luas lahan TPA yang terpakai, lama waktu atau umur TPA, dan dokumen hasil penelitian dari berbagai instansi yang berhubungan dengan penelitian.
2.3. Desain Sampel
Sampel Responden diambil dari 3 (tiga) kelompok responden yaitu: Masyarakat, Pemulung, dan Lapak. Sampel diasumsikan diambil dari populasi yang relatif homogen (berdistribusi normal).
Masyarakat adalah orang yang bertempat tinggal di sekitar kawasan TPA Bantar Gebang. Jumlah sampel masyarakat yang diambil sebesar 80 responden di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang serta Dusun Taman Rahayu, Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengumpul barang yang masih dapat dijual dari tumpukan sampah. Jumlah sampel pemulung yang diambil sebanyak 60 responden. Lapak adalah orang yang berperan sebagai perantara yang membeli barang bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar untuk di jual kembali kepada pabrik daur ulang. Jumlah sampel lapak yang diambil sebanyak 20 responden.
Teknik pengambilan sampel adalah berdasarkan non probability sampling. di mana tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Teknik non probability sampling ini juga digunakan dalam penentuan lokasi sampel. Penentuan responden masyarakat dan pemulung dilakukan secara menyebar ke 4 kelurahan/desa secara proposional.
2.4. Metode Analisis
Metode yang digunakan pada awalnya adalah metoda Contingent Valuation. Namun setelah dilakukan survey pendahuluan pada masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang, diperoleh hasil yang cukup mengecewakan karena sebagian besar responden tidak dapat memberikan pendapat. Sebagian menjawab terserah pada pemerintah saja dan sebagian lagi menjawab tidak tahu. Jawaban responden masyarakat wajar mengingat tingkat pendidikan responden rendah sebagian besar lulusan Sekolah Dasar. Oleh karena itu, metoda analisis diganti dengan pendekatan metoda “benefit transfer” sebagai salah satu metoda dalam valuasi ekonomi dampak lingkungan untuk mengetahui kewajaran besaran kompensasi akibat bau sampah dari TPA Bantar Gebang.
Analisis untuk mengetahui sejauh mana gangguan lingkungan akibat bau sampah dilakukan dengan mentabulasi jawaban responden, uji chi square utuk mengetahui adanya ketidakterkaitan/keterkaitan suatu variabel, mengkonversi ke dalam persentase, dan menampilkan dalam diagram pie.
Nilai eksternalitas sebagai kerugian dari dampak bau sampah dari TPA dihitung sebagai berikut :
Nilai ini memperhitungkan nilai waktu uang dan dinyatakan dalam Nilai bersih sekarang (NPV).
III. ANALISIS
3.1. Pendapat Responden Terkait Gangguan Bau Sampah
Dalam mengindentifikasi pendapat para responden digunakan tabulasi dengan chi square test untuk mengetahui adanya ketidakterkaitan/keterkaitan suatu variabel. Untuk memeriksa ketidakterkaitan/keterkaitan dengan membandingkan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan. Jika hipotesis nol lebih kecil dari 0,05 berari tolak Ho dan terima H1. Tolak Ho dan terima H1 artinya adanya keterkaitan suatu variabel.
A. Responden Masyarakat
Jumlah responden masyarakat sebanyak 80 orang dengan tingkat usia terbanyak pada usia antara 21 s/d 30 tahun sebesar 40 %, kemudian 23,75% pada usia 31 s.d 40 tahun, dan 16,25% pada usia 41 s/d 50 tahun. Responden masyarakat berlatar belakang pendidikan tidak tamat SD 16.25%, tamat SD 52.50%, tamat SLTP 18.75%, dan tamat SLTA 12.50%. Kebanyakan responden masyarakat telah lama tinggal di sekitar TPA, dimana 83,75% telah tinggal selama lebih dari 11 tahun. Hanya 8,75% yang tinggal kurang dari 3 tahun.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebanyak 82,50% merasakan adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Bantar Gebang, terutama bau yang menyengat dirasakan oleh 91,25% responden. Sisanya merasakan gangguan lingkungan yang kumuh dan sumur yang tercemar, serta gangguan keamanan.
B. Responden Pemulung
Jumlah responden pemulung sebanyak 60 orang dengan latar pendidikan tidak tamat SD mencapai 52,38% dan 40% hanya tamat SD. Dari segi usia 36,51% dalam usia 21 s/d 30 tahun dan 23,81% dalam usia 31 s/d 40 tahun. Kebanyakan pemulung merupakan pendatang yang berasal dari daerah lain, 44,44% baru menetap 1 s/d 3 tahun di kawasan Bantar Gebang dan 30,16% sudah menetap selama 4 s/d 7 tahun. Sedangkan yang menetap lebih dari 8 tahun sekitar 25,40%.
Hanya 17,46% responden yang menyatakan tidak ada gangguan lingkungan akibat TPA, selebihnya merasa terganggu. 58,75% responden merasakan bau yang menyengat, 26,25% merasa lingkungan kumuh/kotor, 11,11% sumur tercemar dan 3,76% rawan keamanan.
C. Responden Pemilik Lapak
Jumlah responden pemilik lapak sebanyak 20 orang di mana yang berusia lebih dari 50 tahun mencapai 20%, antara 41 s/d 50 tahun mencapai 30% responden, 30% responden berumur 31 s/d 40 tahun, dan 20% responden berumur 21 s/d 30 tahun. Tingkat pendidikan responden terdiri dari 10% tamat SLTA, 15% tamat SLTP, 40% tamat SD, dan 15% tidak tamat SD. Responden pemilik lapak yang sudah lama menetap atau berusaha di sekitar TPA lebih dari 11 tahun mencapai 55%, sedangkan yang kurang dari 11 tahun mencapai 45%.
Dari hasil wawancara dengan responden pemilik lapak, sebanyak 42,11% merasakan adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Bantar Gebang, terutama adanya bau yang menyengat dirasakan oleh 64,29% responden.
3.2. Nilai Ekternalitas Dampak Bau Sampah
Willis dan Garrod (1997) dalam rangka untuk memperhitungkan WTP yang berkaitan dengan pengurangan kebisingan, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari landfill melakukan penelitian masyarakat di sekitar Crawcrook Quarry dan Landfill. Dari penelitian tersebut dapat dihasilkan : a) akibat debu dan sampah yang tertiup angin maka masyarakat mendapat kompensasi sebesar £0.12 s/d £ 0.19 perhari, dan b) akibat bau yang sampai tercium ke perumahan maka masyarakat mendapat kompensasi sebesar £ 0.12 s/d £ 0.19 per hari. Apabila dikonversikan ke Indonesia menggunakan pendekatan keseimbangan kemampuan berbelanja adalah:
Dengan menggunakan data PPP GNI Inggris tahun 1977 sebesar 21,822.00, PPP GNI Indonesia tahun 1977 sebesar 2,746.00, dan CPI Indonesia tahun 1977 sebesar 8,51% dan CPI Indonesia tahun 2008 sebesar 113,86%. Untuk Nilai WTP sebesar £ 0,12 menjadi WTP Indonesia = £ 0,12 x 21822/2746 = £ 0,0156 dengan menggunakan kurs 1 GBP = Rp 4846.78 maka nilai WTP menjadi sebesar Rp 75,46 pada tahun 1975. Nilai WTP untuk tahun 2008 = 75,46 x 113,86/8,51 = Rp 1009,62 perorang perhari atau Rp 30.289 perbulan. Jika dalam 1 rumah tangga rata-rata terdiri 3,99 orang (BPS Kota Bekasi Tahun 2007) maka nilai kompensasi sebesar Rp 120.851 per KK per bulan atau Rp 916.713 per tahun.
Berdasarkan hasil survey, bau dirasakan hingga radius 5000 meter dari TPA Bantar Gebang. Ketajaman bau dan kontinuitasnya tergantung kondisi cuaca dan arah angin bertiup serta jangka waktu penimbunan tanah untuk penutup sampah pada lahan sanitary landfill TPA Bantar Gebang.
Pada radius 0 meter sampai 1000 meter dari TPA Bantar Gebang, bau menyengat hampir setiap hari tercium. Untuk perhitungan kompensasi bau menyengat digunakan 365 hari bau dalam satu tahun. Besarnya pengeluaran untuk kompensasi akibat dampak bau menyengat pada kawasan dengan radius
Tabel 1. Pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat pada kawasan radius
Tahun | Jumlah penduduk (Jiwa) | Kompensasi dampak bau menyengat per-tahun selama 365 hari (Rp) | NPV kompensasi dampak bau menyengat selama 365 hari tahun 2009 (Rp) | |
per-orang | Total | |||
1990 | 22.384 | 62.000 | 1.387.784.283 | 10.953.613.360 |
1991 | 24.555 | 67.500 | 1.657.443.344 | 11.943.759.418 |
1992 | 26.726 | 72.500 | 1.937.621.584 | 12.749.051.733 |
1993 | 28.897 | 79.500 | 2.297.304.639 | 14.404.110.668 |
1994 | 31.068 | 86.000 | 2.671.849.070 | 15.261.461.215 |
1995 | 33.239 | 94.500 | 3.141.096.007 | 16.424.180.715 |
1996 | 35.410 | 102.000 | 3.611.841.412 | 17.383.668.058 |
1997 | 37.581 | 108.500 | 4.077.571.990 | 18.432.622.576 |
1998 | 39.752 | 171.000 | 6.797.661.667 | 27.668.611.746 |
1999 | 41.924 | 206.000 | 8.636.242.268 | 19.789.568.519 |
2000 | 44.095 | 213.500 | 9.414.198.146 | 21.147.162.166 |
2001 | 46.266 | 238.500 | 11.034.370.319 | 22.656.822.055 |
2002 | 48.437 | 266.000 | 12.884.189.435 | 23.505.150.757 |
2003 | 50.608 | 283.500 | 14.347.339.970 | 23.723.770.309 |
2004 | 52.779 | 301.500 | 15.912.868.462 | 25.045.136.190 |
2005 | 49.465 | 333.000 | 16.471.695.764 | 24.342.413.149 |
2006 | 46.150 | 376.500 | 17.375.514.085 | 21.926.484.124 |
2007 | 45.515 | 401.000 | 18.251.439.636 | 21.605.845.079 |
2008 | 47.686 | 442.000 | 21.077.172.575 | 23.408.307.861 |
2009 | 49.514 | 487.000 | 24.113.397.319 | 24.113.397.319 |
Jumlah | 396.485.137.018 |
Pada jarak
Tabel 2. Pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat pada kawasan dengan jarak
Tahun | Jumlah penduduk (Jiwa) | Kompensasi dampak bau menyengat per-tahun selama 100 hari (Rp) | NPV kompensasi dampak bau menyengat selama 100 hari Tahun 2009 (Rp) | |
per-orang | Total | |||
1990 | 44.574 | 17.500 | 780.048.484 | 6.156.828.261 |
1991 | 48.898 | 19.000 | 929.055.788 | 6.694.900.827 |
1992 | 53.221 | 20.000 | 1.064.422.940 | 7.003.629.214 |
1993 | 57.545 | 22.000 | 1.265.981.662 | 7.937.710.851 |
1994 | 61.868 | 24.000 | 1.484.834.279 | 8.481.295.227 |
1995 | 66.192 | 26.000 | 1.720.980.792 | 8.998.674.184 |
1996 | 70.515 | 28.500 | 2.009.678.723 | 9.672.514.332 |
1997 | 74.839 | 30.000 | 2.245.155.507 | 10.149.202.559 |
1998 | 79.162 | 47.500 | 3.760.194.566 | 15.305.169.429 |
1999 | 83.485 | 57.000 | 4.758.671.496 | 10.904.285.997 |
2000 | 87.809 | 59.000 | 5.180.727.390 | 11.637.494.831 |
2001 | 92.132 | 66.000 | 6.080.739.244 | 12.485.554.050 |
2002 | 96.456 | 73.500 | 7.089.507.677 | 12.933.677.170 |
2003 | 100.779 | 78.500 | 7.911.179.818 | 13.081.380.470 |
2004 | 105.103 | 83.000 | 8.723.535.282 | 13.729.902.293 |
2005 | 98.503 | 91.500 | 9.012.980.799 | 13.319.679.130 |
2006 | 91.902 | 103.500 | 9.511.878.741 | 12.003.216.549 |
2007 | 90.637 | 110.000 | 9.970.081.583 | 11.802.468.321 |
2008 | 94.961 | 121.500 | 11.537.710.382 | 12.813.781.150 |
2009 | 98.601 | 133.500 | 13.163.275.767 | 13.163.275.767 |
Jumlah | 218.274.640.611 |
Sedangkan pada jarak 2500 meter sampai dengan 5000 meter dari TPA Bantar Gebang, kadang-kadang masih tercium bau sampah namun tidak begitu menyengat. Untuk perhitungan kompensasi bau sampah TPA Bantar Gebang diperkirakan dalam satu tahun terjadi 100 hari bau dengan kompensasi 50% perorang. Hasil perhitungan kompensasi bau sampah ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat pada kawasan dengan jarak
Tahun | Jumlah penduduk (Jiwa) | 50% kompensasi dampak bau menyengat per-tahun selama 100 hari (Rp) | NPV kompensasi dampak bau menyengat selama 100 hari Tahun 2009 (Rp) | |
per-orang | Total | |||
1990 | 131.406 | 9.000 | 1.182.657.001 | 9.334.568.555 |
1991 | 144.152 | 10.000 | 1.441.520.894 | 10.387.793.233 |
1992 | 156.898 | 10.000 | 1.568.978.453 | 10.323.474.736 |
1993 | 169.644 | 11.000 | 1.866.079.614 | 11.700.327.778 |
1994 | 182.389 | 12.500 | 2.279.866.965 | 13.022.480.073 |
1995 | 195.135 | 13.500 | 2.634.324.028 | 13.774.368.503 |
1996 | 207.881 | 14.500 | 3.014.272.602 | 14.507.590.000 |
1997 | 220.627 | 15.000 | 3.309.399.376 | 14.960.106.111 |
1998 | 233.372 | 24.000 | 5.600.937.145 | 22.797.568.171 |
1999 | 246.118 | 28.500 | 7.014.366.904 | 16.073.112.606 |
2000 | 258.864 | 30.000 | 7.765.916.788 | 17.444.619.195 |
2001 | 271.610 | 33.500 | 9.098.923.237 | 18.682.777.424 |
2002 | 284.355 | 37.000 | 10.521.149.978 | 19.194.161.777 |
2003 | 297.101 | 39.500 | 11.735.495.850 | 19.405.005.290 |
2004 | 309.847 | 42.000 | 13.013.570.502 | 20.481.954.359 |
2005 | 290.389 | 46.000 | 13.357.892.153 | 19.740.731.875 |
2006 | 270.931 | 52.000 | 14.088.412.155 | 17.778.429.113 |
2007 | 267.201 | 55.000 | 14.696.078.589 | 17.397.049.416 |
2008 | 279.947 | 61.000 | 17.076.778.275 | 18.965.469.952 |
2009 | 290.680 | 67.000 | 19.475.573.985 | 19.475.573.985 |
Jumlah | 325.447.162.154 |
Dengan demikian jumlah pengeluaran (NPV tahun 2009) untuk kompensasi atas dampak bau yang menyengat tahun 1990 sampai dengan tahun 2009 mencapai sebesar Rp 940.206.939.783 (lihat tabel 4).
Tabel 4. Jumlah pengeluaran untuk dampak bau yang menyengat dari TPA Bantar Gebang
Tahun | Jumlah Penduduk (Jiwa) | Kompensasi dampak bau menyengat per-tahun (Rp) | NPV tahun 2009 kompensasi dampak bau menyengat (Rp) |
1990 | 198.364 | 3.350.489.767 | 26.445.010.176 |
1991 | 217.604 | 4.028.020.025 | 29.026.453.478 |
1992 | 236.845 | 4.571.022.977 | 30.076.155.682 |
1993 | 256.085 | 5.429.365.914 | 34.042.149.297 |
1994 | 275.325 | 6.436.550.314 | 36.765.236.515 |
1995 | 294.566 | 7.496.400.827 | 39.197.223.402 |
1996 | 313.806 | 8.635.792.738 | 41.563.772.390 |
1997 | 333.046 | 9.632.126.873 | 43.541.931.245 |
1998 | 352.287 | 16.158.793.378 | 65.771.349.345 |
1999 | 371.527 | 20.409.280.668 | 46.766.967.122 |
2000 | 390.767 | 22.360.842.324 | 50.229.276.192 |
2001 | 410.008 | 26.214.032.800 | 53.825.153.530 |
2002 | 429.248 | 30.494.847.090 | 55.632.989.705 |
2003 | 448.488 | 33.994.015.639 | 56.210.156.069 |
2004 | 467.729 | 37.649.974.246 | 59.256.992.842 |
2005 | 438.356 | 38.842.568.716 | 57.402.824.154 |
2006 | 408.983 | 40.975.804.982 | 51.708.129.786 |
2007 | 403.353 | 42.917.599.807 | 50.805.362.816 |
2008 | 422.594 | 49.691.661.232 | 55.187.558.964 |
2009 | 438.796 | 56.752.247.071 | 56.752.247.071 |
Jumlah | 940.206.939.783 |
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil survey, dampak penting yang perlu diperhatikan adalah terjadinya gangguan lingkungan berupa bau yang menyengat sampai dengan radius
Nilai Sekarang (NPV) dari Biaya Eksternalitas berupa nilai kompensasi Dampak Bau Sampah TPA Bantar Gebang selama kurun waktu 1990 s.d 2009 adalah sebesar Rp 940.206.939.783.
Pengendalian bau TPA Bantar Gebang perlu memperhatikan kesesuaian dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. Tebal tanah penutup landfill harus sesuai ketebalannya dan lapisan landfill jangan terlalu lama didiamkan terbuka.
Pengelolaan sampah di masa yang akan datang agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
· Penyusunan Peraturan daerah (Perda) tentang pemilahan sampah, penetapan kawasan bebas sampah dan penetapan peringkat kebersihan bagi kawasan-kawasan umum.
· Memberikan tekanan kepada para produsen barang untuk memaksimalkan produksi yang ramah lingkungan dan bersedia menarik (membeli) kembali kemasan produk yang dijualnya.
· Peningkatan peran masyarakat dengan memfasilitasi dan pendampingan/advokasi kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan pengelolaan sampah melalui pengelolaan sampah skala kecil, mulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan, termasuk dalam hal penggunaan teknologi daur ulang, komposting, dan penggunaan incenerator.
· Mendorong transformasi pola konsumsi masyarakat untuk lebih menyukai produk-produk hasil daur ulang dan yang ramah lingkungan.
· Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di pusat maupun daerah, LSM, Perguruan Tinggi untuk pengembangan sistem pengelolaan sampah perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahadis, Mohammad Hatta. 2005. Pengaruh Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Lingkungan Perairan di Sekitarnya : Studi Kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar, Achmad Sjamsu. 2007. Model Sentra Energi Berbasis Biomassa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Askari, dan Wijayanti. 2004. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan untuk Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Bapedal, Jakarta.
Barton, Allan MF. 1994. Resource Recovery and Recycling. John Wiley and Sons.
Bramono, SE. 2004. Sampah Sebagai Sumber Energi: Tantangan Bagi Dunia Persampahan
Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.
Defra, Department for Environment, Food and Rural Affairs. 2004. Valuation Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of Waste Management Options, Defra,
Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan.
Dinas Kebersihan DKI
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi. 2008. Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA.
Djajadiningrat,
Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Institut Pertanian
Eugene, A.S. Corcoran, E. 1987. Contamination by Landfill Leachate South Biscayne Bay
European Commission, DG Environment. 2005. Economic Analysis of Options for Managing Biodegradable Municipal Waste.
European Commission, DG Environment.
Fauzi, A. 1999. Teknik Valuasi Ekosistem Mangrove. Bahan Pelatihan Management for
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gani, Abdul. 2007. Konversi Sampah Organik Menjadi Komarasca (Kompos-Arang-Aktif-Asap Cair) dan Aplikasinya pada Tanaman Daun Dewa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Gittinger, JP. 1982. Economic Analysis of Agricultural Project. (Edi Series in Economic Development). UI Press – John Hopkins.
Grigalunas, T.A and Conges, R. 1995. Environmental Economics for Integrated Coastal Area Management: Valuation Methods and Policy Instrument.
Hadi, Sudharto P. 2005. Aspek Sosial AMDAL : Sejarah, Teori dan Metode, Gadjah Mada University Press,
Haeruman, H. 1979. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup dalam Kerangka Strategi Pengembangan Wilayah. Bahan Kuliah FPS-IPB,
Herawati. Et. Al. 2007. Mengatasi Sampah dengan Daur Ulang. Jurnal Khazanah Vol. 3 No. 1 71-72
Indrajaya, Denny D. 2008. Simulasi Perhitungan Replacement Cost dalam Mengkaji Kebijakan Konversi Hutan Mangrove. Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol. 12/No. 2/2008. Jakarta.
Irawan. 2007. Valuasi Ekonomi Lahan Pertanian: Pendekatan Nilai Manfaat Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan Kering. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irham. 2001. Analisis Biaya Manfaat Dalam Proyek Pembangunan Berdampak Lingkungan. in Sulistiyo.L, Whiting.P, Environmental Economics For Practitioners. Canora (Asia) Incorporated. Montreal.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Kontribusi Sampah Terhadap Pemanasan Global. Jakarta
Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1995. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1991. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta
Kholil. 2005. Rekayasa Model Sistem Dinamik Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Nirlimbah (Zero Waste) Studi Kasus Jakarta Selatan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. World Bank Environment Paper Number 3. The World Bank
Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.
OECD, 1992, Enviromental Data Compendium 1992, Paris, OECD.
Pandey, G.N.
Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan air untuk Perikanan dan Pertanian.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Royadi. 2006. Analisis Pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis Masyarakat (Studi Kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Saeni, M.S. 1989. Bahan Pengajaran Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Sanim B, Supriyanto,H. 2006. Eksternalitas. Bahan kuliah Program Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sanim B. 2006. Ekonomi Lingkungan . Bahan Kuliah Ekonomi Lingkungan. Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan. IPB. Bogor.
Saraswati, Endang. 2007. Model Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota Bandung). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saribanon, Nonon. 2007. Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat (Kasus di Kotamadya Jakarta Timur). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan.
Supardi,I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit Alumni. Bandung.
Suparmoko, M. Suparmoko, Maria R. 2000. Ekonomika Lingkungan (Edisi Pertama). BPPE. Yogyakarta.
Suratmo, G.F. 2002. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta’
Tchobanouglos. George, Theisen. Hilary, and Eliassen. Rolf. 1977 Solid Waste: Engineering Principles and Management Issues,
Turner,R.K.2000. Waste Management, in Former.H, Gabel.L (ed), Principle Environmental and Resources Economic, Edward Elgar Publishing Limited.
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentamg Pengelolaan Sampah.
Utama, Agung Yubi. 2000. Implikasi Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap Pengembangan Ekonomi Lingkungan (Studi Kasus TPA Piyungan Bantul). Universitas Gajah Mada,
Vasu, K. et. al. 1998. Nitrat Pollution of Groundwater round a Sewage Stabilitation Pond, Kerala
Wardhana, W.,A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi. Yogyakarta.
tabelnya koq kepotong?diedit lagi dong...
ReplyDeletetree_us!!!!,kalo dapat yang cukup,jangan tanya lagi!!!!!!!!
Deletetolong taruh keterangan TPA Bantar Gebang dong...
ReplyDeleteKoq yg ngontrak gak dapat dana kompensasi nya ya...???
ReplyDelete